TUHAN DAN CITA-CITAKU
Refleksi atas Kisah Pemanggilan Nabi Yeremia
Saudara/i yang dikasihi Yesus Kristus, kata cita-cita bukanlah istilah yang asing lagi, terlebih di dunia pendidikan. Setiap orang pasti memiliki cita-cita. Namun hal tersebut tidak berarti setiap orang otomatis mengerti makna dasar cita-cita itu. Sehingga tidak mengherankan jika ada seseorang memiliki suatu cita-cita, namun tanpa pengenalan yang baik bakat dan karakter dasar pribadinya. Hal itu juga dipengaruhi oleh keluarga yang kerap memaksakan keinginan. Si anak ingin Pendeta, malah....disuruh Polisi...Akhirnya terjadi profesi yang tak dicita-citakan. Ini berakibat pada kerja yang tak sepenuh hati, lebih bahanya, kerja itu bisa dianggap sebagai pelarian, bukan karena berkat Tuhan.
Saudara/i, saya tidak tahu pasti apakah cita-cita setiap anda yang hadir di sini. Tapi yang pasti, saya tidak ragu lagi, kalau saudara/i memiliki cita-cita, terlepas dari jenis dan motivasi serta motivatornya. Hal itu sangat penting. Boleh dikatakan, setiap yang hidup pasti mempunyai keinginan/impian (cita-cita), dan itu adalah anugerah Tuhan. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali tak bercita-cita, itu sama dengan halnya tak hidup (death). Namun perlu kita selidiki dan bekali cita-cita tersebut dari kacamata firman Tuhan. Dengan demikian, akan kita akan formulasi makna dari perkataan; Tuhan dan Cita-citaku?? ATAU, Cita-citaku dan Tuhan??
Suatu kesempatan, saya pernah bertanya kepada salah seorang siswa SLTA kelas 3. Apa cita-citamu...lantas jawabnya; lihat nantilah....pak Pendeta...masih bingung....Bapaku inginkan aku jadi Polisi, mamaku ingin supaya aku jadi dokter. Belum lagi kakakku yang berharap supaya aku kuliah di Fakultas Hukum. Padahal aku ingin jadi guru. Lantas, saya bertanya lagi, kalau Tuhan, kamu diinginkan jadi apa?? Dia bingung,....dan tak menjawab. Saudara/i, cita-cita karena keluarga, atau keinginan diri sendiri adalah sangat baik, namun hal itu perlu ditanya, sudahkah dipergumulkan dengan Tuhan?? Jika sudah, syukurlah, namun jika belum.......mari kita pergumulkan dalam Doa dalam kegiatan ini. Sehingga tidak terjadi lagi ungkapan, ini bukanlah cita-citaku......ini keinginan keluargaku.......Saudara/i, ingatlah......Gagal Bercita-Cita = Bercita-cita Untuk Gagal !!!
Saudara/i, mari kita belajar dari kisah tokoh kita, Yeremia. Tuhan memanggil tuan Yeremia pada usia muda (±20 tahun). Dia harus meneriakkan suara keadilan Tuhan di tengah bangsa yang tergolong bandal. Ada proses yang menarik dalam panggilan Tuhan terhadap Yeremia. Dia yang adalah keturunan imam, perlu sekali bernegosiasi dalam dialog dengan sang Pengutus Agung itu. "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN." Yer. 1: 6-8).
Sungguh indah, panggilan itu, dan Tuhan mempersiapkannya. Muda, tidaklah jadi alasan. Bahkan Tuhan berkata, hai Yeremia....sejak dari kandungan engkau telah kupilih, janganlah takut, aku bersamamu. Muda/i (kristen) sekarang sudah banyak yang takut, bahkan enggan bercampur bingung, saya mau jadi apa ya?? Takut tidak lulus UAN, takut tidak jebol SPMB, takut keluarga tidak mendukung. Sehingga, karena banyaknya rasa takut yang menekan, yang muncul adalah kebimbangan yang berujung pada rasa malas; malas belajar, ke Gereja, kebaktian, malas berdoa. Tuhan sedih lihat anakNya demikian...! Marilah kita bangkit dari penyakit klasik tersebut.
Tahukah saudara/i, bahwa tubuh dan hidup kita ibarat setumpukan benang yang tersusun rapi. Kalau anak IPA berkata, tubuh manusia terdiri dari berjuta-juta sel, anak IPS berkata, manusia mempunyai banyak jenis perilaku sosial....Anak SMK mengatakan manusia terdiri atas kompetensi....itu ada betulnya. Semuanya itu adalah anugerahNya. Helai demi helai benang, Tuhan menenun kita sejak dari kandungan. "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (Yer 1:5)
Syukur buat Tuhan yang membentuk kita sejak kandungan, mengenal kita, dan kita dikuduskan serta ditetapkan Tuhan untuk suatu cita-cita yang Indah. Saudara/i, hal ini berarti, Tuhan lebih mengenal diri kita, cita-cita kita, kemampuan kita, otak kita, daripada diri kita sendiri. Kita bagaikan bejana yang siap dibentuk sesuai kehendakNya. Oleh karena itu, sungguh malang orang yang hanya mengandalkan dirinya sendiri...tanpa mengandalkan yang lebih tahu dari kita. Saudara/i, sudah sejauhmana, sudah sesering apa kita mengandalkan Sang Penenun kita itu?? Tidak usah dijawab, namun renungkanlah, sesuai dengan tema kegiatan ini; “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yer. 17:7), berarti kalau anda belum andalkan Tuhan buat cita-cita anda, saya mau bertanya saat ini, apakah itu cita-cita yang diberkati Tuhan??
Terjawablah sudah pertanyaan di atas, bila masih terjadi kebimbangan dan rasa takut akan cita-cita masa depan anda, mari bergumul dengan Tuhan, ketahuilah, Tuhan selalu hadir this time, all time, and on time dalam hidup saudara/i. Tuhan memanggil saudara/i untuk sebuah cita-cita yang telah dirancangNya. Tuhan menganugerahkan keluarga untuk sharing dengan saudara/i. Tuhan bekerja lewat Sekolah tempat siswa/i mensyukuri pengetahuan melalui guru yang dipilihNya...Tuhan memperkenalkan sahabat untuk ilmu dan diskusi....tidakkah itu alat dan tangan Tuhan untuk semakin memperteguh cita-cita anda?? Mari kita cermati masa ini. Dunia ini bagaikan bola kecil yang bisa dilihat dari dunia maya 24 jam. Semakin canggihnya teknologi komunikasi, maka akan deras pula percepatan dampak negatifnya bagi kaum muda. Seks bebas, narkoba, HIV/AIDS, adalah sederetan hantu jaman ini yang siap menyergap anak muda kapan saja. Jaman ini ibarat 2 sisi mata uang logam. Tak bisa dipisahkan antara dampak positif dan negatifnya. Tentunya hal ini, merusak spritual-mental-emosi kita.
Yang pertama sekali, mari kita siapkan perisai kita, yaitu iman. Iman dan spritual yang tangguh, akan mampu melihat sisi positif jaman ini dan menghindari sisi negatifnya. Tuhan menganugerahkan suatu keagungan atas manusia yang perlu diperkembang, yaitu akal budi. Mari andalkan Tuhan.
Tuhan tidak tanya; apakah saudara jadi, Dokter, Polisi, Tentara, Bidan, Pengacara, Hakim, atau yang lainnya, tapi Tuhan bertanya, Sudahkah Kamu Mengandalkan Tuhan Untuk Semuanya Itu??? Jadi, Tuhan dan cita-citaku, bukan cita-citaku dan Tuhan.Tuhan memberkati !!
Oleh: H. Sihombing, STh (Pendeta HKBP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar